Sexy and Hot Story ~ Hot News

Rabu, 12 April 2017

Story

Anak Tunggal !


Beritapanas68.com - Namaku Rio. Merry nama mamaku. Tapi aku sendiri tidak yakin dia adalah ibuku. Bagaimana tidak. Dia sendiri orang Tiongkok, aku tak ada satupun perawakan orang tiongkok. Kulit ibuku putih, matanya agak sipit, aku sendiri tidak, kulitku sawo matang, mataku sipit saja tidak. Hanya saja kata orang aku itu ganteng alias hitam manis. Buktinya ndak sedikit cewek-cewek yang naksir aku. Mungkin dengan sebab itulah papaku menceraikan mama, karena selingkuh.

Hal ini baru diketahui setelah aku lahir. Dan semenjak itulah mamaku pisah dengan papa. Siapa papaku sebenarnya, sampai sekarang mama tidak pernah menceritakannya. Bahkan setelah aku sudah dewasa pun tak pernah mama memberitahukanku. Namun satu yang pasti, aku selalu dimanja oleh mamaku.

Kami tinggal di sebuah apartemen. Kami sering berbagi. Berbagi makanan, kadang juga berbagi baju, ketika baju mama habis ia pun pinjam bajuku. Mamaku termasuk pekerja yang ulet. Kami punya toko yang menjual alat-alat kosmetik, buka dari jam 8 sampai jam 17. Kadang juga aku harus membantu mama menjaga toko, walaupun ada pekerjanya juga sih. Entah alasan apa sampai sekarang mama tidak menikah lagi. Kata mama semenjak pisah dengan papa, mama pergi dari tempat kelahirannya dan menetap di kota ini.


Usiaku sudah 17 sekarang. Dan inilah yang salah. Kami terlalu bebas di rumah. Mama mungkin masih mengira aku anak kecil, padahal kontol aja sudah disunat (iya walaupun kami orang tiongkok tapi aku muslim). Mama terkadang juga cuma pake baju tipis tanpa bra di rumah. Bahkan tidak malu-malu buka baju di kamar. Dan sebenarnya kamar kami pun masih satu, tidak terpisah. Aku bahkan kadang ketika tidur masih ngelonin mama, walaupun ndak sampai bertindak jauh. Namun tentunya hal itu bikin aku sendiri ndak nyaman tentunya. Pernah aku tidur di ruang tamu saja, tapi mama malah marah-marah. Yah, akhirnya harus aku ikuti saja.

Apalagi aku sekarang sudah mengerti apa yang namanya hubungan suami istri. Sudah ngerti juga bokep, sudah ngerti bagaimana caranya bercinta. Mungkin akibat pubertas inilah kejadian itu terjadi.

Saat itu seperti biasa, aku ada di rumah suntuk banget sedang nonton tv. Mindah-mindah channel ndak jelas. Sesekali aku membalesi BBM dari teman-temanku. Mereka ngajak aku hangout esok tapi aku tolak. Lagi males kemana-mana. Lagian minggu depan sudah final exam. Buat apa habisin waktu keluar ndak jelas?

Aku dikejutkan dengan kedatangan mama membawa sebuah kotak dengan lilin di atasnya. Aku pun sumringah.


"Mama?" aku kaget ternyata ini hari ulang tahunku. Aku sampai lupa.

"Selamat ulang tahun sayang," katanya. "Sekarang udah 17 tahun ya?"

"Ampun, mama ingat ultahku. Aku aja ndak ingat," kataku.

"Masa' sama anak sendiri ndak ingat?" kata mama.

Akhirnya aku meniup lilinnya lalu kami merayakan pesta kecil. Kami pun saling menyuapi kue ulang tahun.

"Nah, sekarang kamu mau hadiah apa dari mama, mama kasih deh?" tanya mama.

Entah kenapa mama sekarang ini seperti orang yang paling cantik bagiku. Wajahnya masih cantik, bahkan aku yang sudah terbiasa dengan bentuk tubuh mamaku tiap hari pun merasa ia adalah wanita sempurna.

"Aku sih ndak mau hadiah apa-apa sih ma," jawabku.

"Nih, mama beliin buat kamu," mama mengeluarkan sebuah arloji.

"Wow!" aku terkejut. Pasti itu arloji mahal banget. Merk Seiko, elegan banget. "Makasih ya ma,"

Aku memeluk dan mencium pipi mama. Mama menciumku balik, tapi entah kenapa malah nyasar ke bibirku. Tapi aku sih cuek. Mungkin salah sasaran kepingin mencium pipi.

"Ya udah, mama mau masak dulu," katanya. "Udah sore nih, mandi sana!"

Hari itu kami makan malam di rumah. Mama masak kalkun, hari itu menjadi hari perayaanku. Jam sudah menunjukkan pukul 23.00. Aku sudah mau beranjak tidur. Mama sendiri membereskan semuanya mematikan lampu ruang tengah dan masuk kamar. Dan seperti biasa kami tidur seranjang.

Aku langsung merebahkan diriku. Mama juga demikian. Saat itulah kami berbincang-bincang sebentar.


"Kamu tidak punya pacar, Rio?" tanya mama.

"Tidak mam," kataku.

"kenapa? kau jarang gaul ya?" tanya mama.

"Belum kepikiran mam, kepingin belajar dulu sampe pinter, trus kerja yang bener baru deh mikirin pacar. Kasihan mama kalau kerja melulu," kataku.

"Kamu ini, ya udahlah," kata mamaku.

Aku peluk mamaku. Awalnya tak ada perasaan aneh. Bahkan biasa saja, karena memang tiap hari aku juga meluk mamaku kalau tidur. Malam itu aku bermimpi. Mungkin ini yang disebut mimpi basah. Aku bermimpi bercinta ama mamaku. Entah bagaimana pokoknya setelah mimpi itu aku terbangun. Kamar masih gelap. Aku melihat jam masih jam 3.

Gila kenapa aku malah mimpiin mama sendiri? Posisiku sudah berubah. Memang aku memeluk mama tapi sekarang mama ada di hadapanku. Kami berpelukan. Terdengar dengkuran halus mama. Lho, perasaan mama tadi pakai baju deh, koq sekarang nggak? Aku bisa merasakan kulit mama dan eh benar, mama ndak pake baju. Aku makin terkejut setelah merasakan kalau mama cuma pake bra kaos dan CD. Dan akibat aku horni dari bermimpi kontolku ngaceng berat sekarang. Dan menekan perut mama. Duh, gimana ini?

Aku pun beranikan diri untuk memegang buah dadanya. Dari bra kaos itu, aku bisa merasakan putingnya. Aku pun memijat dan meremas buah dadanya. Sesekali puting itu aku sentuh dan kuusap. Mama menggeliat. Saat menggeliat aku diam. Namun setelah ia tenang aku teruskan lagi. Aku tak bisa melihat wajah mama karena lampu kamar memang dimatikan. Namun aku kemudian mendengar suara lirih, "Kamu bikin mama kepengen."


DEG aku terkejut.

"Mm...maaf ma," kataku. Aku menarik tanganku, tapi mama malah menarik tanganku untuk tetap di dadanya.

"Shh...gak apa-apa, lanjutin aja!" katanya.

Aku setelah itu melanjutkan aktivitasku lagi. Kali ini yang keluar dari mulut mama adalah desahan. Lama kelamaan mama pun mengusap-usap penisku dari luar kolorku.

"Udah besar," kata mama. "Mama kepengen dan cuma kamu yang ada. Kalau kamu tak keberatan berikan keperjakaanmu buat mama ya Rio?"

Aku diam membisu. Bingung mau jawab apa. Kemudian aku berkata, "Tapi...akukan anakmu ma?"

"Sudah kepalang tanggung," kata mama. Ia tiba-tiba mencium bibirku. Ia memanggutku, dan seketika itu pula suasana menjadi panas. Mama memangutku dengan ganas.

Aku hanya bisa mengimbanginya dan menerima apapun yang dilakukan mama. Ia melepaskan bra dan CD-nya. Ia pun menarik kolorku. Kemudian dalam ketelanjangan kami bergumul, saling mencium, menghisap. Ia menciumi tubuhku anaknya sendiri. Mama pun mengocok penisku, diurut-urut, lalu ia pergi ke bawah dan tiba-tiba sudah mengulum penisku.

"Oh...ma...enak banget," kataku.

Ia mengulum kepala penisku, dipermainkannya dengan lidahnya. Lalu dengan satu gerakan ia masukkan ke mulutnya hingga separuh penisku tenggelam di dalam mulutnya. Kepalanya naik turun di bawah sana. Ia juga aktif memijat-mijat buah pelerku. Aku...aku tak kuat lagi...rasanya mau nyembur.

"Maa...aku keluar maaa....aduh...aaaahhhhhh," aku berteriak saat spermaku keluar dari penisku. Tapi mama sama sekali tak menghindar. Ia tampung seluruh spermaku. Ditelannya bulat-bulat. Aku sampai mendengar bunyi glup! ia menelan semuanya. Dijilatinya penisku sampai bersih.

Tapi penisku tidak loyo, masih tegang.

"Dasar penis perjaka, tidak cukup sekali," katanya. Kini mama menaikiku. Diposisikan penisku di mulut vaginanya. Lalu bless....penisku sudah ditelan oleh liang senggamanya. "Rio...puasin mama Rio, ohhh...mama sudah lama tidak beginian."

Mama pun naik turun. Mamaku termasuk wanita yg merawat badannya. Toketnya masih montok, padat dan sekal. Putingnya pun mengacung. Ah, aku jadi enak gini. Batasan kami sebagai ibu dan anak pun udah kabur. Mamaku menaik turunkan pantatnya sampai ia sendiri. Terdengar suara beradunya pantatnya dengan selakanganku.


"Mam....ahhh...enak mam," kataku.

"Rio, mama mau nyampe," kata mama. Ia makin cepat mengocok penisku dan menggesek-geseknya maju mundur. Aku meremas dada mama dan ia pun ambruk ke atas dadaku. Kami saling berpanggut sesaat sampai rasa-rasa orgasme mama hilang. Setelah itu mama bergeser. Aku beralih ke atasnya.

"Mam, Rio masuk ya?" tanyaku.

"Iya sayang, ayo!" katanya.

Akhirnya kumasukkan penisku. Aku sudah terangsang banget. Penisku makin tegang. Bless hangat rasanya. Aku menggenjot mamaku, kupeluk mamaku dan pantatku naik turun. Penisku menggesek-gesek dinding kemaluan mama dengan cepat lebih cepat lagi. Ohhh...gilak enak banget. Kepala penisku sudah gatal ingin muncrat rasanya.

"Ma, keluar ma, Rio keluar!!" kataku.

"Keluarin saja sayang, mama juga nyampe lagi....aahhh...anakku....mama nyampeee!!" katanya.

Kami keluar bersamaan. Lega banget rasanya plong....Tapi, setelah itu aku menyesal. Kenapa ama mama sendiri? Perlahan-lahan aku mencabut punyaku dan terkapar di sebelah mama. Mama menutup matanya dengan lengan kanannya. Ketiaknya terlihat putih mulus.

"Ma, kenapa kita malah melakukan ini? maafin Rio ya. Rio sayang sama mama, tapi..." bibirku ditutup oleh telunjuk Mama.

"Sudah Rio, mama juga sebenarnya salah. Udah deh. Ndak usah dipikirkan," katanya. "Peluk mama Rio!"

Aku lalu memeluknya. Kami lalu tidur sampai pagi.


 
Paginya semuanya aneh. Berasa aneh karena aku bangun duluan. Kebetulan juga ini hari Minggu. Toko tutup. Mama masih berada di pelukanku tanpa busana lagi. Kontolku ngaceng sudah pasti, aku pun mencari-cari lubangnya. Begitu dapat, aku menggesek-gesekkan palkonku ke belahan memek mama. Uhhh...nikmat sekali. Mama pun terbangun.

"Hush, bangun tidur koq kepengen!" kata mama.

"Habis, maklum ma, Rio masih muda," kataku. "Dapat mainan baru."

Kami tertawa cekikan. Dan akhirnya aku kembali ke atas tubuhnya. Langsung saja batang kontolku masuk ke liang surgawinya. Mama mendongakkan wajahnya. Perlahan-lahan kugenjot mama. Seret karena belum banyak pelumas. Semakin lama aku menggenjot mama dengan perlahan, semakin mama juga becek. Mama mengusap-usap dadaku, memberikanku kenikmatan bahkan beliau mengusap-usap puting dadaku. Kami berpanggutan lagi, bermesraan di atas tempat tidur.

"Ma, boleh nungging?" tanyaku.

Mama mengerti. Aku mencabut punyaku memberikan kesempatan mama untuk menungging. Ohh...pantatnya putih. Bekas guratan celana dalamnya membekas di sana. Tak perlu waktu lama bagiku untuk diam menyaksikan keindahan tubuhnya. Aku langsung mengarahkan penisku dan bless, nikmatnya. Aku gerakin pantatku maju mundur. Sementara itu mama melirik ke arahku. Aku mendorongnya pelan-pelan sambil sesekali kuremas toketnya yang menggantung itu. Ohh...nikmatnya.

"Mam, nikmat banget," kataku. "Mama pernah beginiin ndak semenjak papa pergi?"

"Nggak pernah Rio, mama ndak pernah gituan lagi semenjak itu," katanya.

"Jujur?" tanyaku. Aku pun berhenti menggoyang.

Mamaku kaget ketika aku berhenti. Ia menoleh ke arahku. Pantatnya dimaju mundurkan sendiri. "Iya beneran."

"Bohong ah," kataku.

"Aduuh..jangan siksa mama dong, goyangin!" katanya.

"Kalau mama jujur aku akan goyangin koq," kataku.

"Iya, iya, mama pernah sesekali sama orang lain. Sama Koh Chow Luan," jawab mama. Chow Luan ini salah seorang kenalan Mama yang juga punya toko. Aku pernah bertemu dengannya sekali. Tapi tak menyangka mama pernah ngentot ama orang ini. Padahal orangnya gendut, ndak menarik.

"Lho, ama orang itu? Jelek gitu?" aku seakan tak percaya.

"Mau bagaimana lagi. Mama sedang butuh uang waktu itu. Kalau tidak kamu ndak bakal sekolah," kata mama. "Udah...mama nanggung nih, ayo dong!"


Aku tersenyum. Kugerakkan pantatku ke depan belakang. Mama diberi kepuasan lagi. Ia menjerit-jerit saat kontolku masuk lebih dalam. Aku makin cepat menggenjot mamaku dan akhirnya aku mau nyampe. Aku mengerang hebat, mama pun sepertinya juga keluar, memeknya meremas-remas punyaku. Aku memejamkan mata menikmati setiap semprotan kontolku yang membasahi rahimnya. Setelah itu aku mencabutnya. Mama ambruk di atas ranjang, tapi pantatnya masih sedikit menungging. Lahar putih itu meleleh dari lubang memeknya.

Setelah menggarap mama pagi itu aku pun mandi. Hari-hari berikutnya sungguh kami seperti suami istri. Mau di manapun kapan pun pasti bercinta ujung-ujungnya. Mama pun menceritakan kepadaku bahwa aku bukan anak papa, tapi anak sopirnya dulu. Tapi ndak tau sekarang ayah biologisku ada di mana. Hubunganku dengan mamaku makin bergairah dari waktu ke waktu dan akhirnya ia hamil anakku. Aku sempat shock, tapi mama menghiburku anak itu akan dirawatnya dan kami pun menjadi keluarga bahagia walaupun semua orang tak tahu bahwa kami adalah ibu dan anak. (*)

0 komentar:

Posting Komentar